Senin, 21 Oktober 2013

Imam Ali al-Hadi dan Panglima Turki

Imam Ahlul Bait ke-10, Ali al-Hadi, dilahirkan di Madinah pada 15 Dzulhijjah 212 Hijriah (masa kepemimpinan [imâmah] beliau pada 220-254 Hijriah). Pada 3 Rajab 254 Hijriah, dalam usia 42 tahun, beliau syahid di kota Samurra' (Iraq) akibat diracun Mu'tamad Abbasi atas perintah Mu'taz (khalifah Abbasiah ke-13). Makam suci beliau terletak di kota Samurra'.

Salah seorang pemimpin zalim pada masa imamâh beliau bernama Watsiq (khalifah Abbasiah ke-9). Orang-orang Watsiq datang ke Madinah dengan dipimpin seseorang berkebangsaan Turki. Mereka datang guna menumpas para pemberontak di Hijaz.

Abu Hasyim Ja'fari berkata, "Imam Ali al-Hadi berkata kepada kami—yang ada dihadapan beliau, 'Marilah kita bangkit dan menyaksikan dari dekat persiapan dan persenjataan yang dibawa Panglima Turki itu.' Kami pun keluar dari rumah dan berangkat menuju tempat berkumpulnya pasukan yang di bawa Panglima Turki itu. Kami berdiri tidak begitu jauh dari pasukan itu dan menyaksikan mereka."

"Tiba-tiba, Panglima Turki itu naik ke punggung kudanya dan menghampiri kami. Setelah dekat, Imam Ali al-Hadi berbicara dengannya dalam beberapa kalimat bahasa Turki. Ia merasa amat ketakutan lantaran menghadapi keagungan maknawiyah Imam Ali al-Hadi. Ia segera turun dari kudanya dan mencium kaki kuda yang ditunggangi Imam Ali al-Hadi. Saya lalu bertanya kepada Panglimma itu, 'Mengapa engkau begitu ketakutan sewaktu berhadapan dengan beliau (padahal engkau tidak mengenalnya)?'

Panglime itu balik bertanya, 'Apakah orang itu (sambil menunjuk Imam al-Hadi) seorang Nabi?' Saya menjawab, 'Bukan.' Panglima berkata, 'Ia telah memanggilku dengan nama kecilku semasa aku berada di Turkistan, padahal sampai detik ini tak seorangpun yang tahu bahwa aku punya nama itu?'"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar