Sabtu, 12 Oktober 2013

Ayatullah al-Hâ'irî, Teladan Kemuliaan

Salah seorang ulama terkemuka dan agung adalah almarhum Ayatullah Syaikh Murtadha al-Hâ'irî. Beliau putera pendiri Hauzah Ilmiyah (sekolah agama), almarhum Syaikh Abdulkarim al-Hâ'irî. Beliau dilahirkan di Arak (Iran selatan) pada 14 Dzulhijjah 1334 Hijriah Qamariah. Pada tanggal 23 Jumaidi al-Tsani, dalam usia 72 tahun, beliau wafat. Kubur beliau terletak disekitar makam suci Sayyidah Fathimah al-Ma'shumah (di kota Qum) dan berada disamping kubur ayahandanya.

Syaikh Murtadha al-Hâ'irî benar-benar seorang alim serta memiliki berbagai kesempurnaan maknawi dan kebersihan hati. Selama lebih dari 50 tahun, beliau aktif mengajar dan mendidik para pelajar di berbagai tingkat pendidikan. Beliau berperan sungguh luar biasa dalam mengembangkan Hauzah Ilmiyah dalam berbagai aspeknya.

Berkenaan dengan pribadi Ayatullah al-Hâ'irî, Imam Khomeini menyatakan, “Sejak awal didirikannya Hauzah Ilmiyah yang penuh berkah di kota Qum oleh ayah beliau yang mulia dan memberi berkah cukup banyak, saya telah mengenal beliau (Ayatullah Murtadha al-Hâ'irî). Setelah beberapa waktu, saya mengenal beliau lebih dekat dan menjadi sahabat beliau. Dalam pergaulan yang cukup lama, saya tidak melihat apapun pada diri beliau kecuali kebaikan. Beliau senantiasa berusaha keras mengemban tugas ilmiah dan keagamaan. Pribadi agung ini adalah sosokk yang adil dan memiliki maqam (kedudukan) yang tinggi di bidang fikih. Pada awal pergerakan Islam Iran, beliau termasuk orang yang berada di garda depan.”

Banyak kisah menarik berkenaan dengan perihidup Ayatullah Syaikh Murtadha al-Hâ'irî. Selama hidupnya, beliau sudah 64 kali pergi ke Masyhad untuk berziarah ke makam Imam Ali al-Ridha. Menurut cerita salah seorang ulama, beliau pernah berkata, “Dalam ziarah sebanyak 64 kali ini, saya senantiasa meminta kepada Imam Ali al-Ridha untuk menyambut panggilan saya dan melindungi saya di tiga tempat yang amat menakutkan; di saat pembagian buku amal perbuatan; di saat melintas jembatan (shirât); di saat berada di samping neraca (tempat penimbangan amal baik dan buruk).”

Dalam hal ini, Imam Ali al-Ridha sendiri berkata, “Barangsiapa datang dari tempat yang jauh untuk berziarah kepadaku, pada hari kiamat nanti aku akan mendatanginya di tiga tempat [di atas], dan akan menolongnya.”

Sejumlah orang yang dapat dipercaya, mengisahkan bahwa beliau (Ayatullah Syaikh Murtadha al-Hâ'irî) pernah berkata, “Pada perjalanan terakhirku ke Masyhad, Imam Ali al-Ridha berkata kepadaku (dalam mimpi atau lainnya) sebagai berikut ‘Engkau jangan datang lagi kepadaku. Sekarang giliranku menemuimu.’”
Dengan itu, beliau sadar bahwa ajalnya sudah dekat.

Kesejahteraan atasnya pada saat dilahirkan, wafat, dan dihidupkan kembali di hari dibangkitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar